Bersih desa berlebihan

Membaca koran Jawa Pos online di halaman berikut ini yang berjudul Ketika Warga Carangrejo, Sampung, Ponorogo, Gelar Bersih Desa, Apa yang Unik? saya jadi miris dan heran bercampur takjub. Karena seorang Kiai seharusnya menjadi contoh yang baik malah mengajarkan sesuatu yang jelas tidak ada tuntutannya di agama Islam. Berikut ini komentar saya:

GERIMIS ikut menandai tahlil di perempatan dusun itu. Hujan mulai reda saat modin desa menyampaikan prakata. Corong ganti diserahkan ke seorang ulama yang memberikan sekapur sirih tujuan doa bersama.

Saya kira kalau mau tahlilan cukup di rumah atau musholla saja, tidak harus di perempatan jalan, gerimis lagi. Sangat tidak masuk akal.

Ridwan rasanya tak berlebihan. Ada doa khusus yang sengaja dilafalkannya dan wajib diikuti peserta tahlil. Kondisi umat sekarang ini, menurut Ridwan, cukup merisaukan. Kadar iman dan iksan mereka mulai menipis. “Padahal, iman dan iksan harus senantiasa dipegang kuat agar kita selamat dunia-akhirat,” tandasnya.

Ingat, kita menuju Rabb kita dengan segala hasil dari perbuatan kita.

Kepala dusun Ringinputih, Rusmanto, didaulat menerima cundrik (semacam tombak) yang bakal diarak keliling kampung. “Pusaka itu dulu yang dipakai untuk babad dusun sini, mengusir kawanan ular,” ungkap sesepuh desa.

Tombak cuman sarana teknis saja untuk mengusir ular. Yang menentukan tetap yang diatas, tentunya Mbah sesepuh lebih tahu dari saya. Lha kok tombak malah dijadikan keramat.

Selain cundrik, sebungkus pasir juga diserahkan ke peserta kirab. Pasir laut itu disebar ke sepanjang rute jalan yang dilalui. Rombongan kirap lebih dulu berarak ke tapal batas dusun di barat daya. Adzan langsung dikumandangkan lalu ditimpali doa sang kiai.

Sami mawon, setali tiga uang. Lebih banyak ke ajaran Hindu daripada Islam.

Tata cara bersih desa belum selesai semalam itu. Paginya, warga setempat masih menyembelih kambing di tempat yang dikeramatkan. Seekor kambing jantan digiring ke lokasi dan dimasak beramai-ramai di situ. Selepas salat Jumat, kenduri digelar.

Wah, kalau nyembelih kambing ngga harus ditempati gituan dong Pak. Ini sama saja dengan mengakui adanya kekuatan yang lain selain Alloh. Naudzubillah…

Ya Alloh semoga Engkau mengampuni dosa saya dan saudara-saudara saya tersebut. Amin.

5 Replies

  • betul mas, sekarang bukan memurtadkan yang jadi sasaran orang non muslim tapi mendekatkan orang muslim sama bid’ah, yang dirasa ibadah. susah sekarang cari kyai yang benar2 bisa jadi teladan

  • mungkin apa karena masuknya islam ke tanah jawa dengan seni budaya yg masih mengandung unsur klenik, budaya, bahkan agama lain … yang tidak sempurna diserap oleh masyarakat ponorogo

    sekarang lagi musim grebeg suro, di ngebel sepertinya masih ada larung risalah (yg dulunya larung sesaji) dan masih banyak ritual lain di ponorogo saat suro-an ini

    salam kenal
    dari cah siman :D

  • saya ngga pake nama asli karena emang males aja urusan tambah panjang, tapi jujur, penasaran, kenapa sih banyak bulan sabit dipakai? apakah “yang di atas” maksudnya “bulan”?

  • nggak masalah, terpenting hakekat dan syariat,
    dunia makin tua coba niatkan dari diri sendiri dan jabarkan pada orang lain semoga bermanfaat .

    peace

  • Islam di Indonesia bukan Islam Arab, di Arabpun Islam berakulturasi dgn budaya masyarakat. Yang terpenting adalah akidah dan niat dalam hatih yang tidak menduakan Allah.Ditambah masyarakat Indonesia skarang sudah terkontaminasi dgn budaya asing yg menjerumuskan akhlak dan akidah yg sesungguhnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.